Dzat, Asma’ dan sifat-sifat bagi Allah SWT

Diposting oleh Kang Awin on Selasa, 22 Mei 2012



Pada abad pertama dari tahun Hijriyah kaum muslimin tidak pernah dan tidak mau untuk membicarakan masalah ini dan enggan untuk mentakwilkan ayat-ayat yang mutasyabbihat baik itu ayat yang berkaitan masalah dzat atau pun sifat-sifat dari pada Allah SWT ataupun ayat-ayat yang berkenaan dengan yang lainnya. Seperti ayat-ayat yang membicarakan tentang bahwa Allah itu mempunyai tangan, mempunyai tempat, ataupun ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah itu turun dari singga sana-Nya.

Kendati mereka yang hidup pada zaman itu berpendirian bahwa tidak seharusnya seorang hamba untuk mengartikan menurut lahirnya, karena Allah itu maha suci dan tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat yang melekat pada makhlu-makhluk-Nya. Artinya semua yang melekat pada diri Allah, baik itu sifat maupun dzat Allah tidaklah sama dengan yang melekat pada makhluk-makhluk-Nya.

Sebenarnya wujud Allah itu sudah nyata bahkan merupakan suatu hakekat yang tidak perlu untuk diragukan lag persoalannya dan tidak ada jalan untuk memungkirinya. Yang pada hakekat dari dzat Tuhan itu tidak mungkian untuk diketahui dengan akal pikiran manusia dan tidak dapat dicapai keadaan atau kenyataannya yang sebenarnya. Karena Allah sendiri telah berfirman :
Yang artinya :
“Allah tidak akan dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala sesuatu yang kelihatan, dan Dia-lah yang maha halus lagi maha mengetahui”.

Oleh karena itu, persoalan sifat bagi Allah tidak pernah diperbincangkan oleh para sahabat pada zaman itu  dan padazaman taiin pun tidak pernah pula mempersoalkannya. Kemudian meskipun dzat Allah tidak dijangkau oleh manusia, akan tetapi wajib bagi kita untuk mengimani bahwa Allah itu mempunyai dzat dan sifat yang melekat kepada-Nya. Dan akan tetapi Allah juga melarang hamba-Nya untuk memikirkan “bagaimana” atau “seperti apa” dzat Allah itu ?11 sebagaiman sabda Rasulullah SAW :
Artinya :
“Berfikirlah mengenai makhluk Allah dan janganlah berfikir megenai (dzat) Allah,sebab kamu semua tentu tidak dapat mencapai kadar perkiraan”.

Oleh karena itu, beriman kepaa seluruh dzat dan sifat-sifat dari Allah yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an ataupun didalam Al-Hadits adalah wajib bagi mereka untuk mengimaninya. Tanpa harus membeda-bedakan antara sifat yang satu dengan sifat yang lain. Yang mana mereka mengimaninya tanpa harus memberikan ta’wil (manggeser makna yang asli kemakna yang lain), ta’thil (meniadakan maknanya sama sekali) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Akan tetapi pada zaman atau masa setelah mereka, masalah ini adalah menjadi persoalan yang sangat hangat untuk diperbincangkan hingga pada masa sekarang ini.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...