Tauhid artinya mengetahui atau mengenal Allah Ta’ala, mengetahui dan meyakinkan bahwa Allah Ta’ala tunggal dan tidak ada sekutu baginya. Sejarah menunjukkan, bahwa pengertian manusia terhadap tauhid itu sudah tua sekali, yaitu sejak Nabi Adam diutus kepada anak cucunya. Tegasnya sejak permulaan manusia mendiami bumi ini, maka sejak itulah diketahui dan diyakini Esanya Allah Ta’ala pencipta alam ini.
Demikianlah Nabi Adam dan Nabi-Nabi yang datang sesudahnya, yaitu Idris, Nuh, Ibrahim, Luth, Isma’il, Isa, dan lain-lainnya. Diantara Nabi-Nabi yang 25 itu, ada lima orang yang mendapat julukan sebagai Ulul Azmi yaitu antara lain adalah: Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh. Dan adapun keistimewaan mereka dinisbahkan menurut nama-nama itu. Semua Nabi-Nabi itu mengajar dan memimpin umat untuk meyakinkan bahwa yang menjadikan alam atau pencipta alam semesta itu adalah tunggal (Esa), yaitu: Allah SWT. Demikianlah adanya garis lurus semenjak Nabi Adam, sampai pada Nabi Muhammad, yang dan mempercayai dan meyakini suatu keyakinan dan kepercayaan yang tunggal, tentang sifat dan zat pencipta alam.
Kalau kita selidiki sejarah pertumbuhan agama dan perkembangannya, maka sejarah tauhid pun harus kita kembalikan pula kepada asal mula pertumbuhan sejarah, yaitu permulaan manusia mengenal sejarah.
Sejarah bangsa yang mula-mula diketahui adalah: Mesir, Yunani, Babilonia, India, Tiongkok, dan lain-lain. Mereka semua mempunyai agama, yang dipercayai dan diyakininya. Dan agama yang diyakininya itulah yang benar menurut agama mereka. Begitu pula halnya ahli-ahli falsafah dalam membahas kejadian alam ini, pendapat mereka berbeda-beda mengenai asal mula kejadian alam. Ada yang mengatakan asalnya dari air, dari hawa (udara) Aprcorn (yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan) dari bilangan / angka-angka. Ada pula yang mengatakan bahwa yang menjadikan alam ini sama sekali lain dari segala yang ada dialam ini, yang sifatnya berlainan juga dengan alam ini, dialah yang mempunyai sifat kesempurnaan dan kekuasaan yang tidak terbatas, dan Dialah Allah SWT yang menciptakan alam semesta.
Masing-masing ahli falsafah berpendapat bahwa pendiriannyalah yang benar, yang lain adalah salah, mereka semua walaupun sudah mencapai kepada keTuhanan akan tetapi bukanlah mencapai apa yang dikehendaki oleh Allah dan yang diamanatkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar