Teologi Pemikiran

Diposting oleh Kang Awin on Selasa, 25 Desember 2012

Bagi kaum Mu’tazilah akal adalah pemberian Tuhan yang sangat berharga, karena dengan akal menurut mereka adalah satu-satunya alat untuk memahami apa yang diingankan Tuhan sebagai pencipta segalanya  baik berupa teks, konteks, formal, informal, tersurat maupun tersirat. Akal hanyalah satu-satunya alat untuk dapat memerinci, menjelaskan, menafsirkan realitas yang deberikan Tuhan.

    Namun setelah kejayaan Baghdad hancur pada abad pertengahan pemikiran umat islam-pun mengalami satu stagnasi yang mengakibatkan kita semua tertindas sampai saat ini oleh orang- orang di luar islam setelah sebelumnya peradaban kita mengalami masa ke-emasan dikarenakan mereka tidak puas dengan apa yang mereka lihat sebelum mereka memikirkannya dengan potensi akal mereka.

    Hal ini terjadi di karenakan (1) pemikiran umat Islam tidak mampu menyusuikan diri dengan realitas kehidupan manusia dan hanya menjadi pemikir semata (2) Pemikiran islam terpisah dari ilmu pengetahuan (3) pemikiran umat islam lambat laun akan tercabut dari prinsi-prinsip agama .

    Sebuah gerakan yang revolusioner, radikal dan rebelatif menekankan pentingnya akal, karena akal menjadikan orang dapat bertanya dan berpandangan kritis. Al-Quran yang di wahyukan kepsada nabi Muhammad mendasarkan diri pada akal, bukan pada misteri atau keajaiban. Al-Qur’an berulangkali menyeru manusia untuk baerpikir dan menyebutnya deangan ulil-albab, yang berarti orang-orang yang menggunakan akal. Luub dalam bahasa arab berarti esensi dari sesuatu, dan akal merupakn esensi kemanusiaan; maknanya lub mengacu pada akal, yang bentik pluralnya adalah albaab.

    Orang yang hanya mengikuti tradisi nenek moyang tanpa mengkritisinya disebut aa’m (buta), sedang orang yang berpikir disebut basar (melihat). Seperti disebutkan dalam al-Qur’an “ katakanlah, wahamuhammad, tiada ku katakan kepadamu aku memiliki kekayaan Allah, aku pun tiada mengetahui barang yang ghaib. Dan tiada ku katakan kepdamu aku seorang malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku tanyakanlah, apakah sama antara yang buta dan melihat? Apkah kamu menggunakan akalmu? 

    Dalam ayat ini, sekali lagi Muhammad diminta untuk menolak segala kekuatan supranatural dan menghargai orang-oarang yang suka melihat dan merenung. Dorongan itu diberikan agar memanfaatkan akal bukan mengagung-agungkan tradisi. Dan banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang memberikan stimulus terhadap umat manusia untuk selalu menggunakan akal, merenung, berangan-angan, memikirkan segala sesuatu di alam semesta dan tidak puas dengan apa yang kamu lihat dan apa yang kamu rasa karena semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya sebagai khalifah di bumi raya ini.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...